Rabu, April 24, 2013

TEMPAYAN


Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua buah tempayan, yang dipikul di pundaknya dengan menggunakan bambu.
Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh.

Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.
Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana sang ibu tua membawa pulang air hanya satu setengah tempayan.
Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya.

Namun tempayan yg retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.

Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. "Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju ke rumah mu."

Ibu itu tersenyum dan menjawab,
"Tidakkah kau lihat bunga yang beraneka ragam di jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang lainnya? Aku sudah tau kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyirami benih-benih itu, selama dua tahun ini pula aku bisa memetik bunga-bunga yang cantik untuk menghias meja.
Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak bisa seasri seperti ini sebab tidak ada bunga."

Kita semua punya kekurangan ...
Namun kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menjadi menyenangkan dan memuaskan dengan saling melengkapi satu dengan yang lain.
Kita harus bisa menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka.

Saudaraku sesama tempayan yang retak, semoga harimu menyenangkan.
Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu

INGAT! Tak ada manusia yg sempurna!!!
D dlm prshabatan kt jg, kdng ada ucapan kt yg mnynangkan, ada jg ucapan kt yg dpt melukai prasaan org lain, tp jgn ucapan yg melukai itu mnjd beban bg yg mndengarnya, tp itu adlh cermin kedewasaan kita.

KISAH SEPATU DAN SANDAL JEPIT


Di sebuah toko sepatu dikawasan perbelanjaan termewah di sebuah kota, Nampak di etalase sebuah sepatu dengan anggun diterangi oleh lampu yang indah. Dari tadi dia Nampak jumawa dengan posisinya, sesekali dia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memamerkan kemolekan designnya, haknya yang tinggi.

Pada saat jam istirahat, seorang pramuniaga yang akan makan siang meletakkan sepasang sandal jepit tidak jauh dari letak sang sepatu.

Hai sandal jepit, sial sekali nasib kamu, diciptakan sekali saja dalam bentuk buruk dan tidak menarik, sergah sang sepatu dengan nada congkak.

Sandal jepit hanya terdiam dan melemparkan sebuah senyum persahabatan.

Apa menariknya menjadi sandal jepit? Tidak ada kebanggaan bagi para pemakainnya, tidak pernah mendapatkan tempat penyimpanan yang istimewa, dan tidak pernah disesali pada saat hilang, kasihan sekali kamu, ujar sang sepatu dengan nada yang semakin tinggi dan bertambah sinis.

Sandal jepit menarik nafas panjang, sambil menatap sang sepatu dengan tatapan lembut, dia berkata,

Wahai sepatu yang terhormat, mungkin semua orang akan memiliki kebanggaan jika memakai sepatu yang indah dan mewah sepertimu. Mereka akan menyimpannya ditempat yang terjaga, membersihkannya meskipun masih bersih, bahkan sekali-sekali memamerkan kepada sanak keluarga maupun tetangga yang berkunjung ke rumahnya.

Sandal jepit berhenti sejenak dan membiarkan sang sepatu menikmati pujiannya.

Tetapi sepatu yang terhormat, kamu hanya menemaninya di dalam kesemuan, pergi ke kantor maupun ke undangan-undangan pesta untuk sekedar sebuah kebanggaan. Kamu hanya dipakai sekali saja. Bedakan dengan aku. Aku siap menemani kemana saja pemakaiku pergi, bahkan aku sangat loyal meski dipakai ke toilet ataupun kamar mandi. Aku memunculkan kerinduan bagi pemakaiku. Setelah dia seharian dalam cengkeraman keindahanmu, maka manusia akan segera merindukanku. Karena apa wahai sepatu?

Karena aku memunculkan kenyamanan dan kelonggaran. Aku tidak membutuhkan perhatian dan perawatan yang special. Dalam kamus kehidupanku, jika kita ingin membuat orang bahagia maka kita harus menciptakan kenyamanan untuknya, Sandal jepit berkata dengan antusias dan membiarkan sang sepatu terpana.

Sepatu ! Sahabatku yang terhormat, untuk apa kehebatan kalau sekedar untuk dipamerkan dan menimbulkan efek ketakutan untuk kehilangan. Untuk apa kepandaian dikeluarkan hanya untuk sekedar mendapatkan kekaguman. Sepatu mulai tersihir oleh ucapan sandal jepit.

Tapi bukankah menyenangkan jika kita dikagumi banyak orang, jawab sepatu mencoba mencari pembenar atas posisinya. Sandal jepit tersenyum dengan bijak,

Sahabatku! Ditengah kekaguman sesungguhnya kita sedang menciptakan tembok pembeda yang tebal, semakin kita ingin dikagumi maka sesungguhnya kita sedang membangun temboknya

Dari pintu toko nampak sang pramuniaga tergesa-gesa mengambil sandal jepit karena ingin bersegera mengambil air wudhu. Sambil tersenyum bahagia sandal jepit berbisik kepada sang sepatu.

Lihat sahabatku, bahkan untuk berbuat kebaikan pun manusia mengajakku dan meninggalkanmu.

Sepatu menatap kepergian sandal jepit ke mushola dengan penuh kekaguman seraya berbisik perlahan Terima kasih, engkau telah memberikan pelajaran yang berharga sahabatku, sandal jepit yang terhormat. :)

(Sumber cerita : J-Fleece)

Kisah Memotong Kepala dan ekor Ikan


Nadia terkenal pandai memasak ikan goreng. Suatu hari dia mengundang sahabatnya yang bernama Nabila untuk makan malam, dengan menghidangkan masakannya yang terkenal itu. Dia meminta Nabila untuk membantunya menyiapkan hidangan ini agar Nabila pun dapat mengetahui resep rahasia masakan ikan goreng.

Mulailah Nadia memotong kepala dan ekor ikan, lalu menaburinya dengan tepung dan menggorengnya dengan minyak panas. Tiba-tiba Nabila bertanya mengapa kepala dan ekor ikan itu harus dipotong.

"Aku tidak tahu pasti, tetapi inilah cara yang diajarkan oleh ibuku", jawab Nadia. Karena merasa tidak puas, Nabila minta izin menelpon ibu Nadia untuk menanyakan hal itu, Nadia setuju. Setelah memperkenalkan diri, Nabila bertanya kepada ibu Nadia, "Nadia mengundangku makan masakan ikan gorengnya yang terkenal, ketika dia memotong kepala dan ekor ikan aku menanyakan alasannya, tetapi dia tidak tahu dan mengatakan bahwa ibu yang mengajarinya melakukan hal itu, saya ingin tahu mengapa kepala dan ekor harus dipotong?".

Tetapi jawaban ibu Nadia pun tidak berbeda. Ibu Nadia mengatakan, "Ibu tidak tahu pasti tentang hal ini, tapi inilah cara yang diajarkan oleh ibuku selama lebih dari 40 tahun".

Mendengar jawaban ini, Nabila semakin penasaran. Ibu Nadia menganjurkannya­ untuk menelpon sang nenek kalau ingin tahu rahasia tersebut. Tidak berapa lama, Nabila pun menelpon sang nenek untuk memuaskan rasa ingin tahunya tentang rahasia ini.

Tiba-tiba nenek Nadia tertawa dan berkata, "Hal itu tidak ada rahasianya, nak. Dahulu nenek terpaksa memotong kepala dan ekornya karena nenek hanya mempunyai wajan kecil yang tidak mungkin untuk menggoreng seekor ikan utuh di dalamnya".

(Basel Syaikhu - Lubang Pada Tembok Akal)
[Bab ke-1 Bag. 6]

JIKA ANAK


Jika anakmu BERBOHONG
Itu karena engkau MENGHUKUMNYA terlalu BERAT.

Jika anakmu TIDAK PERCAYA DIRI
Itu karena engkau TIDAK MEMBERI dia SEMANGAT.

Jika anakmu KURANG BERBICARA
Itu karena engkau TIDAK MENGAJAKNYA BICARA.

Jika anakmu MENCURI
Itu karena engkau TIDAK MENGAJARNYA MEMBERI.

Jika anakmu PENGECUT
Itu karena engkau selalu MEMBELANYA.

Jk anakmu TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN
Itu karena engkau BERBICARA TERLALU KERAS kepadanya.

Jika anakmu suka MARAH²
Itu karena engkau KURANG MEMUJINYA.

Jika  anakmu SUKA BERBICARA PEDAS
Itu karena engkau TIDAK BERBAGI dengannya.

Jika anakmu SUKA MENGASARI orang lain
Itu karenA engkau SUKA MELAKUKAN KEKERASAN terhadapnya.

Jika anakmu LEMAH
Itu karena engkau SUKA MENGANCAMNYA.

Jika anakmu CEMBURU
Itu karena engkau MENELANTARKANNYA.

Jika anakmu MENGGANGGUMU
Itu karena engkau KURANG MENCIUM atau MEMELUKNYA.

Jika anakmu TIDAK MEMATUHIMU
Itu karena engkau MENUNTUT TERLALU BANYAK padanya.

Jika anakmu TERTUTUP
Itu karena engkau TERLALU SIBUK.

Referensi dari :
Ibu Melly
Motivator dan pembicara. :)

GURU YG BIJAK


Di suatu padepokan di Tiongkok pernah hidup seorang Guru  yang sangat dihormati karena tegas & jujur.

Suatu hari, dua murid menghadap Guru. Mereka bertengkar hebat & nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3x7.

Murid pandai mengatakan hasilnya 21,
Murid bodoh bersikukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta Guru
sebagai Jurinya untuk mengetahui siapa yg benar di antara mereka, .    sambil si bodoh mengatakan : 

"Jika saya yg benar 3 x 7 = 27 maka engkau harus mau di cambuk 10 kali oleh Guru !"

tetapi kalau kamu yg bena ( 3 x 7 = 21 ) maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri.

Demikian si bodoh menantang dgn sangat yakin akan pendapatnya..

"Katakan Guru, mana yang benar ?" tanya murid bodoh.

Ternyata Guru memvonis cambuk 10x Murid yg PANDAI (yang menjawab 21).

Si murid pandai protes .
Sang GURU menjawab,
"Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk "KETIDAK ARIFAN"-mu  yang mau-maunya berdebat dgn orang bodoh yang tidak tau kalo 3 x 7 adalah 21!!"

Guru melanjutkan :
lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi ARIF daripada harus melihat 1 nyawa terbuang sia-sia !

Pesan'nya:,
Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yg tak berguna, berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yg memulai perdebatan!

Sebab dengan sadar kita membuang waktu & energi untuk hal yg tidak perlu.

Bukankah kita sering mengalaminya ?
Bisa terjadi dengan pasangan hidup, tetangga dan keluarga.

Berdebat atau Bertengkar untuk hal yang tidak ada gunanya,hanya akan menguras energi percuma.

Ada saatnya diam bagi kita untuk menghindari perdebatan atau pertengkaran yg sia-sia.

Diam bukan berarti kalah, bukan ?

Memang bukan hal yg mudah,
tapi janganlah sekali-kali berdebat dgn orang bodoh yg tidak menguasai permasalahan....Jadilah BIJAK!

Selamat beraktifitas:)