Minggu, Desember 14, 2014

Kisah Sultan Murod Ar-Rabi


Dikisahkan bahwa suatu malam Sultan Murod Ar-Rabi` mengalami kegundahan yang sangat, dan dia tdk mengetahui. sebabnya.
Maka Sang Sultan memanggil kepala penjaga/sipir dan memberitahukan ttg keadaannya yg sedang gundah, Dan memang merupakan kebiasaan Sultan bahwa dia sering memeriksa keadaan masyarakat/rakyatnya secara sembunyi-sembunyi. Maka Sultan berkata kpd Kepala Sipir : Mari kita keluar, jalan-jalan di antara penduduk (guna memeriksa dan memantau keadaan mereka).

Mereka pun berjalan hingga sampailah di sebuah penghujung desa, dan Sultan melihat seorang pria tergeletak di atas tanah. Sultan menggerak-gerakknnya (utk memeriksa) dan ternyata pria tsb telah tewas.

Namun anehnya orang-orang yang melintasi dan berlalu lalang di sekitarnya tdk memperdulikannya. Maka Sultan pun memanggil mereka, tapi mereka tdk mengetahui Sang Sultan,
Mereka berseru : Ada apa?
Sultan : Kenapa pria ini tewas dan tdk seorangpun yang membawanya? Siapa dia? Dan dimana keluarganya?
Mereka berujar : Ini orang zindiq, suka minum khomar, pezina.
Sultan menimpali : Namun bukankah dia dari golongan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam?

Ayo bawa dia ke rumah keluarganya. Maka mereka pun membawanya.  Ketika sampai di rumah, istrinya pun melhatnya dan langsung menangis.  Dan orang2pun mulai beranjak pergi, kecuali Sang Sultan dan Kepala Sipir.

Di tengah tangisan si wanita (istri si mayit), dia berseru kepada Sultan (namun wanita tsb tdk mengetahuinya) : Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah, aku bersaksi bahwa engkau sungguh wali Allah.
Maka terheranlah Sultan Murod dgn ucapan wanita tsb, dan berkata : Bagaimana mungkin aku termasuk wali Allah sementara orang-orang berkata buruk thd si mayyit, hingga mereka enggan mengurusi mayatnya.

(Sultan merasa heran, bagaimana mungkin seorang zindiq ditolong oleh wali Allah)
Wanita pun menjawab: Aku sudah duga hal itu,
Sungguh suamiku setiap malam pergi ke penjual arak/
Sungguh suamiku stiap mlm pergi kepenjual arak/khomar lantas membeli seberapa banyak yg dia bisa beli, kemudian membawanya ke rumah kami dan menumpahkan seluruh khomar ke toilet, dan dia (suami) berkata : Semoga aku bisa meringankan keburukan khomar dari kaum muslimin.
Suamiku juga selalu pergi kpd para zaniah/pelacur dan memberinya uang, dan berkata : malam ini kau ku bayar dan jgnn kau buka pintu rumahmu (utk melacur) hingga pagi

Kemudian suamiku kembali ke rumah dan berujar : Alhamdu lillah,semoga dgn itu aku bisa meringankan keburukannya ( pelacur) dari pemuda2 muslim mlm ini.
Namun sementara orang2 menyaksikan dan mengetahui bahwa suamiku membeli khomar, dan masuk ke rumah pelacur,
Dan lantas mereka membicarakan suamiku dgn keburukan.
Pernah suatu hari aku berkata pd suamiku : Sungguh jika seandainya engkau mati, maka tdk akan ada org yg akan memandikanmu, menyolatkanmu, dan menguburkanmu.
Suamikupun tersenyum dan menjawab : Jgn khawatir Sayangku... Sultan/Pemimpin kaum muslimin lah yg akan menyolatkanku beserta para ulama dan pem besar2 negeri lainnya.

(Setelah mendengarnya) Sultan pun menangis lantas berkata : Suamimu benar, Demi Allah aku adalah Sultan Murod Ar-Robi`,
Dan besok kami akan memandikan suamimu, menyolatkannya dan menguburkannya.
Dan diantara yg menyaksikan jenazahnya adalah Sultan Murod, para ulama, para masyayikh dan seluruh penduduk kota.

Maha Suci Allah, kita hanya bisa menilai org dgn hanya melihat penampilan dan kulit luarnya dan kita pula hanya mendengar omongan org.

Maka sendainya jika kita mampu bijak, kita akan memandang dan menilai org dari kebersihan hatinya,
Maka niscaya lisan kita akan kelu membisu dari menceritakan keburukan org lain

Subhanallah....
Sultan Murad IV adalah Sultan Khilafah Utsmaniyah ke-17 (1623-1640). Dia hidup pada tahun 1021-1049 H (1612-1640 M)
Dia diangkat mnjadi Sultan Kekhilafahan Utsmaniyah pd usia 11 tahun. Semoga Bermampaat.Amin

Nabi Yakub Dan Malaikat Maut



Suatu hari, Malaikat Maut datang mengunjungi Nabi Yakub. Melihat kedatangan malaikat itu, Nabi Yakub bertanya, Wahai Malaikat Maut, engkau datang untuk mencabut nyawaku atau hanya sekedar berkunjung?

Aku datang hanya untuk berkunjung saja, jawab Malaikat Maut.

Baiklah kalau begitu, kata Nabi Yakub. Dalam percakapan selanjutnya, Nabi Yakub bertanya pada Malaikat Maut, Bolehkah aku memohon satu permintaan kepadamu?

Apa permintaanmu, wahai Nabi Allah?

Jika sudah tiba waktunya nanti, ketika engkau telah diutus untuk mencabut nyawaku, tolong berilah tanda kepadaku sebelumnya.

Baiklah, jawab Malaikat Maut menyanggupi permintaan Nabi Yakub.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun pun berganti tahun. Malaikat Maut datang kembali dan bertemu Nabi Yakub. Seperti biasa, Nabi Yakub bertanya, Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku atau sekedar berkunjung?

Kali ini aku diutus untuk mencabut nyawamu.

Bukankah engkau telah berjanji untuk memberi tanda sebelum saat ini terjadi? kata Nabi Yakub.

Benar, dan aku telah melakukan itu. Hanya saja kamu tak menyadarinya. Bukankah kemarin aku datang menjemput keponakanmu, sementara engkau berada di sana? Ia kemudian melanjutkan, Aku pun telah mengirim utusan kepadamu. Rambutmu yang dulu hitam kini telah memutih. Tubuhmu yang dulu kekar dan kuat kini melemah. Dulu kamu berjalan dengan tubuh tegak sekarang menjadi bungkuk. Tidakkah kau sadar, semua itu adalah utusanku pada anak Adam sebelum ajal menjemputnya?

Sepenggal kisah dari Al-Azhar Cairo

Seorang Syekh yang alim lagi berjalan santai bersama salah seorang di antara muridnya di taman.
Di tengah-tengah asyik berjalan, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah. Mereka yakin itu sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana.
Sang murid berujar:
“Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon?”
Syekh yang alim dan bijak itu menjawab:
“Ananda, tidak pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu cobamemasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya.
Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat ia keluarkan ternyata…....uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang. Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorangpun. Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak ;
“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka”.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari Allah Yang Maha Pemurah....
Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”
Sang murid menjawab:
“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku:
“Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.
Sang guru melanjutkan pelajarannya. Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam :
Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas dendam adalah suatu pemberian. Mendo’akan temanmu di belakangnya (tanpa sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian.
Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka buruk darinya juga suatu pemberian.
Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu dibelakangnya adalah pemberian lagi.
Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.
Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai.. ananda!
💫Semoga bermanfa'at.

Imam Abu Hanifah



Imam Abu Hanifah kecil berjalan di sebuah kebun, tiba tiba jatuh sebuah apel dihadapannya, karena lapar maka ia makan apel tadi. Namun setelah memakannya timbul rasa bersalah dalam dirinya yang membuatnya ingin mencari siapa gerangan sang pemilik kebun, padahal apalah arti dari sebuah apel?, setelah bertemu dan memohon ridho ternyata si pemilik kebun tidak berkenan dan menyuruh Abu Hanifah untuk menebusnya dengan cara bekerja padanya selama satu tahun

Waktu berjalan sampai di saat yang dijanjikan ternyata si pemilik tetap menyuruh Abu Hanifah terus bekerja padanya hingga tiba tahun ketiga, di tahun ketiga tersebut si pemilik berkata "Tinggal satu syarat lagi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan ridhoku", ketika itu Abu Hanifah mulai mencapai usia baliqh, ternyata si majikan menyuruhnya untuk menikahi anak perempuannya yang bisu tuli pincang juga buta, tetapi dengan lapang dada Abu Hanifah pun melakukannya demi mendapat maaf si majikan

Selesai Akad masuklah Abu Hanifah ke dalam kamar untuk menemui istrinya yang ketika dilihat ternyata dalam keadaan sempurna, tidak kurang suatu apapun, tidak seperti yang digambarkan si pemilik kebun tadi...maka bertanya Abu Hanifah, "Kenapa anak perempuanmu berbeda dari yang telah engkau janjikan?", berkata si majikan "Ketahuilah bahwasannya anakku bisu mulutnya daripada berkata yang haram, tuli pendengarannya daripada mendengar yang haram, buta matanya dari melihat sesuatu yang haram dan pincang kakinya dari tidak pernah menuju kepada yang diharamkan dan inilah hadiah bagi yang bertaqwa kepada Allah"

"Jangan kau lihat kecilnya maksiat yang diperbuat tetapi lihatlah kepada siapa engkau telah berbuat maksiat (yaitu Allah) dan kejarlah ridho serta maaf jika berbuat kesalahan kepada manusia"

Carilah Ilmu Sampai ke Negeri China



Hadits di atas tdk hanya terkenal dikalangan santri di pesantren, tapi saat ini sdh menjadi istilah umum dikalangan khalayak ramai yg menggambarkan bagaimana kita harus belajar bahkan sampai ke negeri Tiongkok. Ya, Tiongkok, siapa yg tdk tahu negeri yg saat ini menjadi magnet kemajuan dlm segala hal ini. Negeri yg berlandaskan sistem komunis ini mungkin banyak yg tdk tahu kalau di balik sistem politik & ekonominya yg sosialis ternyata memendam sejarah panjang masuknya Islam di kawasan Asia. Lalu siapa sebenarnya yg menyebarkan Islam di Tiongkok?

Dari berbagai literatur & penuturan beberapa tokoh muslim Tiongkok yg pernah saya temui, yg paling masyhur adalah sahabat sekaligus salah satu paman Rasul yaitu Saad bin Abi Waqqash yg makamnya terletak di kota Guangzhou propinsi Guangdong. Ajaran Islam pertama kali tiba di Tiongkok ketika Sa'ad Abi Waqqas & 3 sahabatnya berlayar ke Tiongkok dri Ethopia pd tahun 616 M. Setelah sampai di Tiongkok, Sa'ad kembali ke Arab & 21 thn kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran. Ada pula yg menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Tiongkok pd 615 M kurang lebih 20 thn setelah Rasulullah SAW tutup usia.

Adalah Khalifah Utsman bin Affan yg menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran suci Islam ke daratan Tiongkok. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Tiongkok pd thn 635 M & kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars. Utusan khalifah Utsman bin Affan pd waktu itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dr Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng / Masjid Memorial di Guangzhou, masjid pertama yg berdiri di daratan Tiongkok yg didirikan tahun 627 masehi. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Tiongkok tengah mencapai masa keemasan & menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga dgn mudah ajaran Islam tersebar & dikenal masyarakat Tiongkok. Selamat Berbuka Puasa Semoga Amal Ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Kisah Syaikh Utsaimin Saat Ditilang Polisi



Dari kisah, kita belajar banyak hal. Terlebih jika kisah nyata itu dialami oleh ulama, pancaran kebaikan dan keteladanannya bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. Berikut ini kisah Syaikh Ibnu Utsaimin saat berurusan dengan polisi, dikutip dari id-alukhuwah.com:

Diceritakan dalam Muqaddimah Syarah Shahih al-Bukhari bahwa Syaikh Ibnu Utsaimin suatu ketika menaiki mobil yang disetiri oleh temannya.

Berangkat dari Unaizah menuju Buraidah untuk suatu kepeluan penting dengan sebuah lembaga sosial. Si sopir yang juga pemilik mobil membawa mobil dengan kecepatan tinggi sehingga diberhentikan oleh polisi.

Melihat Syaikh Ibnu Utsaimin ada di dalam mobil, polantas tersebut mengizinkan mobil yang ditumpangi Syaikh untuk terus saja. Lantas Syaikh menanyakan apa sebenarnya yang terjadi, maka ia pun memberitahukannya.

Balik lagi ke tempat tadi...! pinta Syaikh.

Sesampainya di tempat polisi tersebut, Syaikh Utsaimin bertanya padanya.

Mengapa anda menghentikan laju mobil kami...?

Karena laju mobil melebihi batas kecepatan...

Lantas mengapa Anda tidak menilang kami...?

Barangkali kali Anda berdua sedang terburu-buru karena masalah penting, ya Syaikh...!!

Syaikh menolak dan bertanya berapa ongkos tilang karena melanggar peraturan, ternyata biayanya 300 real.

Ini 150 real dari saya, dan ambilah 150 real-nya lagi dari teman saya ini..! Karena ia telah melanggar peraturan sedangkan saya tidak menasehatinya

Bagaimana dengan kita? Khususnya yang memiliki jabatan dan kedudukan, yang sering kali mendapatkan perlakuan istimewa dari orang lain?

Islamic media indonesia