Sabtu, September 14, 2013

Kapankah kita bisa berkata “cukup” ?


Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib di ladangnya. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya, seberapa pun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti, bila si petani mengucapkan kata cukup.

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana.

Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya.
Masih kurang...

Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.
Belum cukup...
Dia membiarkan mata air itu terus mengalir, hingga akhirnya, petani itu mati tertimbun.

Ya, dia mati tertimbun bersama ketamakannya, karena dia tak pernah bisa berkata CUKUP.  
Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia, adalah cukup.

Kapankah kita bisa berkata cukup ?
Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya.

Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian, Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.

Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang, kuraang, dan kuraaaaang.....!
Kapankah kita bisa berkata cukup ?
Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup, adalah persoalan kepuasan hati. Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.

Mengucapkan kata cukup, bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang pandai bersyukur & berbahagia.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar